Senin, 22 Oktober 2012

Martha Tilaar Raih Anugerah Perekayasa Utama Kehormatan

Kepala BPPT (Kiri) dan Martha Tilaar (Kanan) dalam konferensi pers, usai berlangsungnya penghargaan perekayasa utama kehormatan [SP/Ari Supriyanti Rikin]
Kepala BPPT (Kiri) dan Martha Tilaar (Kanan) dalam konferensi pers, usai berlangsungnya penghargaan perekayasa utama kehormatan [SP/Ari Supriyanti Rikin] 
[JAKARTA] Dr (H.C) Martha Tilaar menjadi wanita pertama yang meraih anugerah perekayasa utama kehormatan tahun 2012. Penghargaan tersebut diberikan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dan telah berlangsung sejak tahun 2007. Pendiri dan Presiden Direktur Martha Tilaar Group ini berhasil meraih penghargaan itu atas karya nyatanya mengolah kearifan lokal dalam bidang kesehatan dan komestika alami.

Martha Tilaar menyatakan bahwa penghargaan tersebut adalah suatu kehormatan yang sangat berharga. Wanita kelahiran Kebumen 4 September 1937 menambahkan selama 42 tahun sejak berdiri Martha Tilaar Group telah menghasilkan produk-produk inovatif berbasis tanaman khas Indonesia dan kearifan lokal masyarakat Indonesia untuk kecantikan dan kesehatan.

"Saya bertekad untuk terus mendalami khasiat tanaman-tanaman Indonesia berdasarkan kearifan budaya dan pengetahuan leluhur yang sudah berkembang di masyarakat, khususnya untuk kesehatan dan kecantikan. Semua ini kemudian dipadukan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan inovasi-inovasi dan kreasi-kreasi baru mengikuti perkembangan tren," katanya di sela penganugerahan perekayasa utama kehormatan di Jakarta, Kamis (13/9).

Sebagai pengusaha, Martha Tilaar memulai bisnis pertamanya dengan membuka salon kecil di garasi orang tuanya berukuran 4X6 meter. Bahkan kini ia memilliki Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar dan telah membudidayakan 650 macam tanaman Indonesia untuk mempromosikan upaya-upaya pelestarian kekayaan alam Indonesia khususnya konservasi tanaman untuk obat, komestik dan aromatik. 

Hanya saja, peraih Doctor Honoris. Causa in Fashion and Artistry tahun 1984 dari World University of Tucson, Arizona, Amerika Serikat ini merasa perlu upaya sinergi agar paten di bidang jamu dan obat-obatan tradisional dipercepat sebelum diklaim negara lain.

Ia mengaku pihaknya meriset 34 penemuan dalam sepuluh tahun hanya lima yang berhasil dipatenkan.

Menjawab hal itu, Kepala BPPT Marzan Aziz Iskandar menyatakan proses paten harus melewati prosedur yang panjang dan memakan waktu. Di Indonesia waktu tunggu bisa mencapai dua tahun untuk memastikan paten tersebut belum diberikan sebelumnya.

Mengenai sosok Martha Tilaar yang meraih penghargaan, Marzan memandang kiprah Martha Tilaar memiliki esensi dalam kegiatan perekayasaan yang terdiri dari riset, development, engineering dan operation.

"Teknologi berperan sangat signifikan dalam usaha kesehatan, kecantikan, komestik alami yang sudah begitu lama digeluti. Semoga penghargaan ini terus memacu beliau memanfaatkan iptek dalam pengembangan produknya," ucapnya.

Apalagi di Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman dan 7.000 jenis di antaranya diduga berpotensi untuk obat. Upaya Martha Tilaar menambah nilai pada sumber daya alam Indonesia diharapkan mencegah adanya ekspor bahan baku mentah dan ironisnya diimpor kembali ke dalam negeri.



disalin & ditempel oleh : wisdeni sumber

0 komentar:

Posting Komentar

 

IKATAN WIDYAISWARA INDONESIA Copyright © 2011 -- Template created by I W I -- Powered by Blogger