Jumat, 19 Oktober 2012

Hujan Meteor Sambangi Indonesia Akhir Pekan Ini


foto
TEMPO.COJakarta - Musim hujan meteor datang lagi Oktober ini. Musim kering yang panjang membuat peluang melihat bintang jatuh lebih besar. Puncak hujan meteor juga terjadi pada akhir pekan.


Ahli astronomi lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat (NASA), Bill Cooke, menyebutkan, hujan meteor kali ini akan datang dari rasi Orion, dan dapat terlihat dari Amerika Utara, Eropa, Asia, termasuk Indonesia. "Pertunjukan yang menarik bagi pengamat dengan langit cerah," ujar dia, seperti dikutip Space.com.



Hujan meteor orionid terjadi ketika bumi memasuki jalur Komet Halley. Komet yang mengelilingi matahari setiap 76 tahun ini terakhir kali terlihat dari bumi pada 1986. Setiap melintas, komet meninggalkan jejak debu.



Bumi menyapu jejak debu Komet Halley setiap tahun. Luasnya jejak debu membuat bumi berada di dalam jejak debu sejak awal Oktober hingga awal November.



Sebagai pelindung, atmosfer bertugas mengamankan bumi dari siraman debu komet. Karena itu, selama bumi berada di dalam debu, atmosfer membakar habis semua material sisa komet tersebut.



Yang terlihat dari bumi, proses pembakaran debu komet tampak seperti titik cahaya yang bergerak cepat. Karena itulah ada sebutan bintang jatuh. Arah datangnya meteor berasal dari rasi Orion sehingga fenomena ini disebut hujan meteor orionid. Waktu terbaik melihat hujan meteor adalah pada pagi hari, pukul 01.00 hingga 04.00.



Cooke mengatakan, sejak 2006, hujan meteor orionid menghasilkan setidaknya 60 meteor setiap jam. "Ini salah satu hujan meteor terbaik setiap tahun," kata dia. Puncak hujan meteor orionid diperkirakan terjadi Minggu pagi, 21 Oktober 2012. Namun pengamatan tetap bisa dilakukan beberapa malam sebelum dan setelah tanggal tersebut.



Pengamatan hujan meteor tidak memerlukan alat bantu optik, seperti binokular atau teleskop. Untuk melihat jelas, pengamat cukup berbaring di lantai sambil menatap ke langit. Meteor bisa muncul dari berbagai belahan langit sehingga pengamat harus berbaring dengan mata waspada.



Selain melihat langsung, pengamat bisa melakukan kegiatan lain. Selama hujan meteor, masyarakat dianjurkan ikut menghitung jumlah meteor yang terlihat setiap jam. Hasil penghitungan ini kemudian bisa dilaporkan kepada peneliti. NASA, misalnya, menyediakan halaman khusus bagi masyarakat yang ingin melaporkan hasil penghitungan ini.



Bagi penggemar fotografi, peristiwa hujan meteor bisa dipakai guna menguji keterampilan jepret malam. Pemotretan dilakukan untuk mengabadikan jejak bintang jatuh yang ditimbulkan hujan meteor. Selain menggunakan kamera single lens reflex, fotografer sebaiknya memakai lensa wide atau fish eye yang diarahkan ke rasi Orion. Kamera sebaiknya dibuka dalam waktu lama, misalnya 5 menit, menggunakan remote shutter. Dengan bukaan yang lama, diharapkan banyak meteor yang terekam kamera.



Di Indonesia, hujan meteor berbarengan dengan terjadinya El Nino. Fenomena iklim ini membuat musim kemarau terjadi lebih panjang. Akibatnya, sebagian wilayah Indonesia berpotensi bebas mendung sepanjang Oktober.




disalin & ditempel oleh : wisdeni sumber

0 komentar:

Posting Komentar

 

IKATAN WIDYAISWARA INDONESIA Copyright © 2011 -- Template created by I W I -- Powered by Blogger